Kamis, 05 Februari 2009

LINGKUNGAN ALAM KE-4

KONSERVASI ALAM

Konservasi Alam Melalui Elaborasi Ekoturisme

Posted by: Dieny Ferbianty on: June 23, 2007

Sebuah Alternatif untuk Dipertimbangkan
Oleh A. GIMA SUGIAMA

URGENSI konservasi alam bagi Indonesia tak dapat ditunda lagi. Hutan yang kita miliki ternyata tidak berhasil kita jaga. Puluhan ribu hektare hutan setiap tahunnya semakin rusak dan menjadi gundul. Lingkungan alam di sekitar kita terus-menerus mengalami degradasi. Akibatnya seperti yang kita lihat atau kita rasakan saat ini. Bencana alam terjadi hampir tiap saat di berbagai tempat. Banjir dan tanah longsor silih berganti menghentak dan mengoyak kehidupan rakyat.

Harian Pikiran Rakyat berulang kali memberitakan berbagai kejadian bencana alam di berbagai tempat, misalnya bencana yang terjadi pada tanggal 21 Januari 2003 lalu, empat kampung di kaki Gunung Mandalawangi Garut diterjang bencana alam sehingga 22 warga tewas terkubur hidup-hidup oleh longsoran tanah, ratusan rumah penduduk hancur, dan tentu saja masih banyak kerugian lainnya.

Konservasi alam merupakan upaya mempertahankan keaslian serta keasrian tatanan alam sehingga manusia dan makhluk hidup lainnya dapat tetap hidup dan terpelihara dengan baik. Konservasi alam dapat diusahakan melalui berbagai media, salah satunya melalui eksplorasi dan elaborasi ecotourism (ekoturisme). Pengembangan ekoturisme bukan saja sejalan dengan isu penanganan kerusakan hutan yang tiap hari digembar-gemborkan di negeri ini, tetapi juga sejalan dengan terus merebaknya berbagai isu yang berorientasi pada pemeliharaan lingkungan alam di berbagai belahan dunia.

Paradigma pelestarian alam perlu dipikirkan untuk ditata ulang sehingga bukan saja menjadi kewajiban pemerintah, namun seluruh komunitas idealnya bersatu padu. Kesadaran akan pelestarian alam perlu dibentuk dari bawah. Oleh karena itu, perlu membangun konsep dan menerapkan prinsip-prinsip penyadaran komunitas untuk pelestarian alam yang antara lain melalui ekoturisme. Isu mana saja yang melatarbelakangi pengembangan ekoturisme itu? Apa sebenarnya ekoturisme tersebut? Bagaimana mengeksplorasi dan mengelaborasi ekoturisme?

Isu kepariwisataan

Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu isu utama dari isu 4T dalam milenium ketiga. Keempat T tersebut adalah Transportation, Telecommunication, Tourism dan Technology. Artinya, pariwisata menjadi salah satu industri yang akan tumbuh dan dominan di berbagai belahan dunia pada milenium ketiga. Industri pariwisata selama milenium ketiga memiliki peran dan makna begitu tinggi dalam aspek kehidupan manusia.

Selain isu di atas, pemeliharaan lingkungan alam tiada hentinya menjadi isu penting dalam berbagai forum dunia. Lingkungan alam dijadikan basis pengembangan hampir keseluruhan industri. Pariwisata merupakan salah satu industri yang tidak luput dari tuntutan aplikasi pengembangan industri berwawasan pemeliharaan lingkungan alam tersebut.

Kerangka berpikir dan bekerja industri pariwisata berubah menjadi, bagaimana mengembangkan pariwisata tanpa mengubah dan merusak alam. Perumusan kerangka pengembangan pariwisata berwawasan pemeliharaan lingkungan adalah hal mendesak yang perlu direalisasikan. Makin mencuatnya isu pemeliharaan dan pelestarian alam diekspresikan antara lain dalam bentuk greenspeak. Greenspeak itu sendiri berkonotasi mendalam untuk kemaknaan “alam yang hijau dan terpelihara.” Oleh karena itu, serta-merta muncul isu go green. (Cooper;1997;WTO;2000).

Isu lain yang telah lama mengglobal adalah back to nature yang tidak luput menyentuh pengembangan pariwisata. Kembali ke alam menjalar bukan saja di negara-negara maju, tetapi juga masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia memiliki kekayaan alam lebih dibanding negara lainnya di dunia. Alam hijau baik alam hutan maupun tanaman rekayasa manusia begitu melimpah. Dengan demikian Indonesia berpeluang membangun kepariwisataan yang berkelanjutan melalui pemeliharaan lingkungan alam.

Makna ekoturisme

Ekoturisme merupakan istilah berkonotasi pariwisata berwawasan lingkungan alam. Jenis wisata ini termasuk suatu bentuk pariwisata alternatif yang bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan alam sekitarnya. World Tourism Organization (WTO) sebagai badan dunia kepariwisataan menggulirkan isu ekoturisme sejalan dengan manuver konservasi alam di berbagai belahan dunia.

Pemahaman masyarakat terhadap ekoturisme tidak jarang menyimpang dari makna yang sebenarnya. Ecotourism merupakan gabungan dari ecologycal dengan tourism. Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Di Indonesia khususnya, keilmuan ini secara umum relatif belum berkembang sebagaimana diharapkan. Ilmu ini lebih banyak berkaitan erat dengan tatanan kehidupan manusia, baik manusia secara pasif sebagai bagian dari alam maupun manusia sebagai elemen aktif yang dapat merekayasa alam. Berbagai kegiatan kehidupan manusia yang berkaitan erat dengan ekologi antara lain kehidupan ekonomi, sosial, maupun budaya. (Hardesty;1977; Soewarno;2000).

Ecotourism atau ecologycal tourism diterjemahkan menjadi wisata ekologi, lengkapnya pariwisata ekologi, berarti bertanggung jawab atas perjalanan wisata ke area alam yang mampu memelihara lingkungan, serta bertanggung jawab untuk memelihara keberadaan manusia dan mahluk hidup di sekitarnya untuk tetap hidup aman dan nyaman dalam lingkungannya (Blangly dan Megan;1994). Tentu berbeda dengan hanya sekadar wisata alam. Karena itu penyetaraan makna ekoturisme dengan ‘wisata alam’ tentu saja tidak tepat.

Ekoturisme maknanya setara dengan pariwisata yang berwawasan konservasi lingkungan. Sementara itu, wisata alam adalah kegiatan berwisata di dalam lingkungan alam.

Apakah suatu kegiatan wisata alam merupakan ekoturisme? Mungkin ya mungkin tidak! Ini lain perkaranya! Kegiatan wisata alam umpamanya arung jeram, pendakian gunung, wisata selam, wisata tirta dan sejenisnya. Seluruh contoh wisata alam tersebut belum tentu dapat dikualifikasikan ekoturisme. Mungkin saja pendakian gunung menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan keaslian alam pegunungan tersebut. Oleh karena itu, wisata seperti itu tidak masuk kualifikasi wisata berwawasan pelestarian lingkungan alam. Karena itulah, ekoturisme ini sarat oleh aspek primer yakni, mengelaborasi alam untuk kepentingan pariwisata tanpa menurunkan kualitas alam, atau mengubahnya menjadi wujud intervensi penyebab degradasi ekosistem.

Makna tema trilogi

Tema mass tourism berubah dari sun, see, sand menjadi tema trilogi yang berorientasi pada alam yakni nature, nostalgia, nirvana (Cooper;1997). Aspek alam atau nature merupakan daya tarik wisata yang asli atau prestine form. Keaslian alam disajikan dan ditawarkan untuk menciptakan pengalaman wisata bermakna. Misalnya membiarkan dan tetap melestarikan keindahan alam bawah laut di Bunaken.

Demikian halnya dengan aspek nostalgia, berbasis pada romantika sosial yang konstruktif atau menggambarkan realita utuh menyokong kekokohan daya tarik alam sebenarnya atau ecofundamentalism. Seperti, budaya masyarakat Baduy dan Dayak Pedalaman yang memiliki rasa rawat atau malire alam.

Sementara itu, nirvana merupakan istilah pengganti dari paradise atau surga yang telah lama dikenal dalam tema kepariwisataan tradisional. Nirvana ini dimaksudkan agar wisatawan dapat melepaskan segala kerisauan pikiran dan hatinya, sehingga dalam tahap akhir mereka memperoleh kesehatan spiritual. Misalnya, ketika memandang hamparan panorama keutuhan dan keindahan alam, maka tergeraklah hatinya dan menyadari betapa agungnya kebesaran Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar